MTs YTI NGULING ADAKAN PARENTING DEMI MEMBENTUK ORANG TUA HEBAT DAN MELAHIRKAN GENERASI LEBIH BAIK

Tepat pada hari Rabu, tanggal 02 Oktober 2024 MTs Yayasan Tarbiyah Islam Nguling mengundang segenap Wali Murid kelas VII dan kelas VIII yang bertempat di Gedung Serba Guna untuk menyampaikan program dari sekolah. Pada kesempatan ini, pihak sekolah sedikit mengulik materi terkait Parenting dengan Narasumber yang sangat kompeten di bidangnya. Nama lengkap beliau adalah Bapak H. Muhammad Nawawi, M.Pd.I. Adapun acara tersebut berlangsung pada pukul 08.30-11.00 WIB. Dan segenap Wali murid sangat antusias sekali dalam mengikuti program tersebut.

Untuk lebih jelasnya, silahkan simak ulasan materi parenting berikut ini.

Apa itu Parenting ???

Pernahkah anda mendengar apa itu Parenting sebelumnya?

Secara bahasa, arti parenting yaitu pengasuhan anak. Lebih tepatnya, parenting adalah sikap dan perilaku orang tua yang melibatkan perasaan serta pola pikir untuk mengasuh anak. Adapun tujuan utama dari parenting adalah untuk merawat, melindungi, serta memastikan keselamatan dan kesehatan anak. Di samping itu, parenting juga ditujukan untuk mempersiapkan anak untuk  menghadapi masa depannya kelak. Hal inilah yang menjadi alasan kenapa parenting dan pola asuh anak perlu dilakukan.

Ada tiga hal yang disampaikan oleh Bapak H. Muhammad Nawawi, M.Pd.I untuk ayah bunda, yaitu:

  1. “Anakmu, amanah Tuhanmu"
  2. "Anakmu, nikmat atau laknat"
  3. "Anakmu, investasi dunia akheratmu"

Anak adalah anugerah dan amanah dari Allah. Sebagai amanah anak harus dijaga, dilindungi, dan dididik bukan justru dieksplotasi. Dalam pandangan Islam, posisi anak memiliki berbagai potensi, baik potensi baik dan buruk. Anak sebagai hiasan hidup, anak sebagai penyejuk pandangan mata, anak sebagai cobaan hidup dan bahkan berpotensi sebagai musuh. Jadi, jangan sampai meninggalkan anak dalam kondisi yang lemah.


Tujuan Parenting

Kegiatan Parenting ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para orang tua bahwa dalam mengasuh anak tidak serta merta dilakukan dengan cara sembarangan tanpa dilatarbelakangi oleh konteks pengetahuan, melainkan harus ada yang namanya sumber ilmu pengetahuan, Seperti keterampilan orang tua baik hal pengasuhan, maupun memiliki kepentingan pertemuan antara pihak keluarga dengan pihak sekolah.

Periodisasi perkembangan anak menurut Islam :

  • Usia 0-7 tahun Anak sebagai raja
  • Usia 7-15 tahun: Anak sebagai tawanan perang
  • Usia 15-21 tahun Anak sebagai kawan
  • Usia 21-dst Anak sebagai sahabat

1. Usia 0-7 tahun

Bapak H. Muhammad Nawawi menjelaskan, “ tepatnya pada usia tujuh tahun pertama dalam mendidik anak diibaratkan dengan memperlakukan mereka layaknya raja. Di mana orang tua sebaiknya melayani anak disertai sikap yang lemah lembut, tulus, dan sepenuh hati. Perlu di garis bawahi konteks dalam hal mengasuh anak, para orang tua bukan berarti harus memanjakannya anak. Yang dimana notabennya tetaplah bersikap tegas dengan penuh kasih sayang. Apabila hendak memberitahukan suatu hal atau perkara, gunakanlah bahasa sederhana yang mudah dimengerti tanpa adanya unsur kekerasan di dalam pengucapannya pada anak-anak”.

2. Usia 7-15 tahun

Secara global, perbuatan dalam mendidik anak diibaratkan sebagai tawanan perang. Dalam hal ini anak biasanya dikenakan berbagai macam aturan yang berisi kewajiban dan larangan, tetapi mereka juga mendapatkan haknya secara proporsional. Para orang tua pun diharapkan dapat menakar hak dan kewajiban anak dengan seimbang. Pada usia ini dapat diajarkan tentang kewajibannya karena anak sudah berangsur mulai memahami arti tanggung jawab serta konsekuensi. Selain itu, kewajiban lain yang diberikan orangtua terhadap anak dapat berupa pengajaran dalam hal keagamaan. Misalnya, kewajiban untuk menjalankan sholat lima waktu.

3. Usia 15-21 tahun

Pada usia 15-21 Tahun perlakukanlah anak sebagai kawan. Hal ini karena buah hati semakin tumbuh besar dari masa kanak-kanak menuju remaja. Kata Bapak H. Muhammad Nawawi, M.Pd. pada masa ini sudah tidak ada lagi unsur anak yang membuat si anak tersebut amarahnya menjadi naik, membentak ataupun menyuruh dengan nada kasar. Ibaratnya kawan, anak selayaknya mendapat perlakuan yang asyik, menyenangkan dan. lain-lain Sehingga pada si anak tersebut timbul rasa nyaman saat bersama kedua orang tuanya dan mereka juga tidak segan bercerita hingga meluapkan isi hatinya tanpa rasa canggung dan sungkan.

4. Usia 21 tahun ke atas

Ketika anak sudah menginjak usia 21 tahun ke atas, kita sebagai orang tua harus bersikap layaknya sahabat, sehingga mereka dapat terbuka pada ayah ataupun bundanya tanpa adanya keterikatan penghalang atau sekat antara pihak orang tua dan anak. Ajak mereka untuk berdiskusi banyak hal, dengan begitu keterikatan pihak keduanya bisa saling menambah wawasan karena adanya perbedaan zaman dengan anak mungkin akan menimbulkan pandangan atau pengalaman baru bagi orang tua. Ajarkan anak bertanggung jawab yang lebih besar sebagai bentuk persiapannya di kehidupan mendatang.


Mode orang tua menurut Bapak H. Muhammad Nawawi, M.Pd.I

a. Krisis keteladanan Orang tua

selayaknya memberikan teladan atau contoh yang baik terhadap anak-anaknya, karena sejatinya anak adalah peniru ulung. Kata beliau “dahulukan kakimu sebelum mulutmu". Orang tua tidak perlu berteriak untuk memanggil anak agar datang dan memenuhi panggilannya. Akan tetapi mendatangi si anak lalu sampaikan maksud dan tujuan dari orang tua.

b.  Adapun krisis waktu kebersamaan

Dalam hal ini, sesibuk apapun orang tua dikarenakan padatnya tugas dan pekerjaan, bukan berarti menghilangkan moment kebersamaan dengan keluarga. Usahakan minimal satu bulan sekali ajak sekeluarga untuk pergi Bersama. Tidak perlu pergi ke tempat jauh, mungkin cukup hanya dengan makan di luar saja yang tidak jauh dari rumah, sedemikian mungkin dapat membuat suasana anak dan orang tua menjadi lebih harmonis dan tentu saja akan menambah kedekatan anak dan orang tua.

c. Orang Tua ATM

Perihal orang tua diibaratkan seperti mesin ATM. Menurut mereka bagaimana caranya orang tua bisa menghasilkan uang. Mereka kerja dari pagi hingga petang agar bisa menghasilkan uang yang banyak. Dengan uang yang banyak mereka berharap anaknya bisa bahagia dan senang, mereka berpikir kapanpun anak meminta uang, orang tua dengan mudah memberi anak memang senang ketika apa yang mereka inginkan bisa terwujud dengan mudah, tapi anak juga butuh pendampingan, keteladanan, kebersamaan dan perhatian dari para orang tua.

d. Orang tua seperti SATPAM

Orang tua yang bersikap terlalu protektif akan membuat anak merasa tidak nyaman dan bisa memunculkan pemberontakan dari diri anak tersebut. Sikap ini juga membuat hubungan anak dan orang tua menjadi renggang. Memiliki orang tua seperti itu, membuat anak tersebut akan merasa kehilangan bonding atau kelekatan. Dalam tanda kutip "Sebab anak merasa memiliki orang tua yang investigator".

e. Orang tua yang tidak jelas

Pada kehidupan masyarakat sering kali kita melihat cara orang tua berpakaian kurang menutupi auratnya. Contoh kecil, ada seorang ibu sedang mengantar anaknya mengaji, anaknya berpakaian tertutup dan rapi. Sebaliknya si ibu tersebut berpakaian yang kurang sopan dengan aurat terbuka. Ada juga yang ibunya sangat rapi dan tertutup auratnya, anaknya berpakaian terbuka. Ketika hal ini terus dilakukan oleh orang tuanya secara tidak langsung akan berdampak di masa depannya nanti, yaitu anak akan terbiasa dengan berpakaian tidak menutup aurat.

Bagaimana membangun komunikasi efektif antara orang tua dan anak??

  • Dengarkan tanpa menghakimi, berikan perhatian penuh terutama saat bicara
  • Mengerti perasaan mereka, jangan meremehkan masalah mereka.
  • Berikan ruang untuk mereka berbicara, hindari pertanyaan yang mengarah pada jawaban singkat
  • Sesuaikan komunikasi dengan usia mereka, jelaskan alasan dibalik aturan dan keputusan
  • Ajak diskusi dibandingkan memarahi, tawarkan solusi bersama
  • Apresiasi usaha mereka, hindari kritik yang merendahkan
  • Tunjukkan perilaku yang diharapkan, tunjukkan cara mengelola emosi
  • Jadwalkan waktu berkualitas bersama, jangan terburu-buru
  • Tegas namun tetap fleksibel, diskusikan konsekuensi dengan adil

Cara Mengatasi Tantangan Emosional Anak Usia Pra Remaja

  • Identifikasi emosi, teknik relaksasi
  • Ajukan pertanyaan yang peduli, berikan dukungan tanpa tekanan
  • Pandu mereka untuk berpikir kritis, berikan contoh nyata
  • Fokus pada kekuatan mereka, dorong mreka untuk menjadi mandiri
  • Ajari mereka menyadari perasaan orang lain, tunjukkan empati
  • Jelaskan alasan di balik aturan, konsistensi dalam disiplin
  • Olahraga dan aktifitas fisik, kreatifitas sebagai saluran emosional
  • Rutinitas yang teratur, perhatikan tanda stres atau kecemasan
  • Berikan pelukan dan dukungan fisik, sabar dan berempati
  • Bantuan professional

Penulis : Siti Maslukhah, S.Pd.I (Waka Kurikulum MTs YTI Nguling)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.